KEMENTRIAN
RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS
HALU OLEO
FAKULTAS
TEKNOLOGI DAN ILMU KEBUMIAN


GEOFISIKA
TAMBANG
EKSPOLORASI
GEOFISIKA MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK DALAM PENENTUAN KANDUNGAN BIJIH LOGAM, EMAS
DI DAERAH PAPANDAYAN KABUPATEN GARUT PROVINSI JAWA BARAT

OLEH
:
AGUS PANJI VERDHA
F1B2 13
003
KENDARI
2016
Abstrak
Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dalam beberapa decade ini memberikan manfaat
yang besar bagi kehidupan manusia dalam bidang teknologi terutama di bidang
teknologi dalam Pertambangan yang memberikan dampak positif karena mengurangi
kerugian dalam pelaksanaan dilapangan.ilmu yang dimaksud adalah eksplorasi
geofisika.
Salah
satu contoh penggunaan ilmu geofisika ini terdapat di daerah
papandayan,garut,jawa barat.penggunaan metode ini bertujuan agar menafsirkan
kerugian serta melihat striktur geologi bawah permukaan daerah papandayan.
Dalam
dunia pertambangan cara metode geofisika dibagi da yaitu dengan cara logging
dan pencitraan, cara logging dapat menentukan sifat batuan dinding
bor,sementara teknik pencitraan geofisika dapat memetakan fitur dengan jarak puluhan
atau ratusan meter dari sensor.
Pada
daerah papandayan ini menggunakan eksplorasi geofisika dengan metode magmatic
agar dapat lebih muda menentukan daerah penyebaran bijih logam yang
menguntungkan bagi perusahaan tambang.
A.
Pendahuluan
Salah satu tujuan eksplorasi
menggunakan metode geofisika adalah mendapatkan mineral ekonomis. Mineral
tersebut dapat berupa mineral logam, misalnya emas, perak, tembaga, timah, dan
sebagainya. Metode yang biasa digunakan untuk eksplorasi emas adalah metodemagnetik.
Metode
magnetik
adalah
suatu
metode geofisika yang mengukur intensitas medan magnetik total di suatu tempat.
Analisis anomali medan magnet digunakan untuk menginterpretasi susebtibilitas
struktur geologi yang menonjol pada daerah penelitian.Survei geologi yang
dilakukan oleh PT. Aneka Tambang Jakarta di Blok Depok Kabupaten Trenggalek
Jawa Timur menemukan urat kuarsa dalam singkapan batuan. Dari sampel urat
kuarsa yang ditemukan, setelah diuji dalam laboratorium mengandung bijih emas
dan mineral sulfida logam lainnya. Mulyadi (2000) dapat menemukan penyebaran
urat kuarsa yang mengandung bijih emas dan mineral-mineral sulfida logam pada
daerah tersebut dengan menggunakan metode magnetik.Urat kuarsa merupakan salah satu
jenis batuan metamorf yangterbentuk akibat
adanya intrusi batuan beku yang menembus batuan sedimen dan terjadi aliran
hidrotermal yang akan meningkatkan suhu dan tekanan pada batuan tersebut
sehingga terjadi mineralisasi . Batuan intrusi (batuan beku) mempunyai
harga suseptibilitas yang sangat tinggi sedangkan batuan sedimen mempunyai
suseptibilitas rendah sehingga batuan beku yang mengintrusi batuan
sedimen akan mempunyai kontras suseptibilitas magnetik yang tinggi dengan
batuan sekitarnya. Didasarkan atas proses terbentuknya, maka keberadaan
urat kuarsa dapat dikaitkan dengan keberadaan batuan intrusi.
Dari
hasil penyelidikan geologi, daerah Papandayan Garut Jawa Barat, dikategorikan
sebagai daerah yang memiliki prospek logam mulia (emas), karena di daerah ini
secara umum dijumpai keberadaan urat-urat kuarsa. Dengan adanya informasi
geologi tersebut maka dilakukan penyelidikan geofisika dengan menggunakan
metode geomagnetik yang nantinya diharapkan dapat mendukung data geologi yang
telah ada. Lokasi penelitian berada di daerah Papandayan Garut Jawa
Barat. Daerah ini terletak antara 786081 BT 9178110 LU (UTM) sampai 786262 BT
9177924 LU (UTM).
B.
GEOLOGI REGIONAL
1.
Geologi
Bandung dan Garut yang dikompilasi
oleh Ratman & Gafor (1998) menjadi peta geologi skala 1:500.000, tataan dan
urutan batuan penyusun di wilayah Kabupaten Garut bagian utara didominasi oleh
material vulkanik yang berasosiasi dengan letusan (erupsi) gunungapi,
diantaranya erupsi G. Cikuray, G. Papandayan dan G. Guntur. Erupsi tersebut
berlangsung beberapa kali secara sporadik selama periode Kuarter (2 juta tahun)
lalu, sehingga menghasilkan material volkanis berupa breksi, lava, lahar dan
tufa yang mengandung kwarsa dan tumpuk menumpuk pada dataran antar gunung di
Garut. Batuan tertua yang tersingkap di lembah Sungai Cimanuk diantaranya
adalah breksi volkanik bersifat basaltic yang kompak, menunjukan kemas terbuka
dengan komponen berukuran kerakal sampai bongkah. Secara umum, batuan penyusun
dataran antar gunung Garut didominasi oleh material volkaniklasik berupa
alluvium berupa pasir, kerakal, kerikil, dan Lumpur.
2.
Topografi
Karakteristik
topografi Kabupaten Garut: sebelah Utara terdiri dari dataran tinggi dan
pegunungan, sedangkan bagian Selatan (Garut Selatan) sebagian besar
permukaannya memiliki tingkat kecuraman yang terjal dan di beberapa tempat
labil. Kabupaten Garut mempunyai ketinggian tempat yang bervariasi antara
wilayah yang paling rendah yang sejajar dengan permukaan laut hingga wilayah
tertinggi d ipuncak gunung
3.
Geomorfologi
Bentang alam Kabupaten Garut Bagian Utara terdiri dari atas dua aransemen
bentang alam, yaitu: (1) dataran dan cekungan antar gunung berbentuk tapal kuda
membuka ke arah utara, (2) rangkaian-rangkaian gunung api aktif yang
mengelilingi dataran dan cekungan antar gunung, seperti komplek G. Guntur - G.
Haruman - G. Kamojang di sebelah barat, G. Papandayan - G. Cikuray di sebelah
selatan tenggara, dan G. Cikuray - G. Talagabodas - G.
C.
AKUISISI DATA
1.
Cara pengambilan data dilapangan
Pengambilan data dilakukan dari
tanggal 20 sampai 22 Februari 2008 di daerah Papandayan Garut Jawa Barat.
Daerah ini terletak antara 786081 BT 9178110 LU (UTM) sampai 786262 BT 9177924
LU (UTM) dengan luas area 600 meter x 1100 meter. Daerah penelitian memiliki
921 titik pengukuran dengan spasi antar titik sebesar 5 meter. Pengukuran
intensitas medan magnet total dilakukan menggunakan peralatan PPM ( Proton
Precession Magnetometer ) yang dilengkapi dengan alat perekam intensitas
medan magnet total. PPM ini juga dilengkapi dengan sensor noise yang akan
berbunyi jika terdapat banyak gangguan di sekitar lokasi pengukuran,
seperti pengukuran dekat pagar kawat, jaringan listrik, rumah, dan mobil.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan dua buah PPM. Satu unit PPM
dioperasikan di base campsecara otomatis akan merekam data medan magnet total
dengan selang waktu dua menit. Tujuan perekaman data dengan
selang dua menit ini adalah untuk mendapatkan data variasi harian. Satu unit
PPM yang dioperasikan di lapangan akan merekam intensitas medan magnet total.
2.
Anomali
Medan Magnet
Anomali
medan magnet dihasilkan oleh benda magnetik yang telah terinduksi oleh medan
magnet utama bumi, sehingga benda tersebut memiliki medan magnet sendiri
dan ikut mempengaruhi besarnya medan magnet total hasil pengukuran. Variasi
medan magnetik yang terukur di permukaan merupakan target dari survei
magnetik (anomali magnetik). Besarnya anomali magnetik berkisar ratusan sampai
dengan ribuan nano-tesla, tetapi ada juga yang lebih besar dari 100.000 nT yang
berupa endapan magnetik. Secara garis besar anomali ini disebabkan
oleh medan magnetik remanen dan medan magnet induksi. Bila arah medan magnet
remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya bertambah besar,
demikian juga sebaliknya. Medan magnet remanen mempunyai peranan yang besar
pada magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah medan magnetnya serta
sangat rumit diamati karena berkaitan dengan peristiwa kemagetan yang
dialami sebelumnya. Sisa kemagnetan ini disebut dengan Normal Residual
Magnetism yang merupakan akibat magnetisasi medan utama. Dalam survei magnetik,
adanya anomali magnetik menyebabkan perubahan medan magnet total bumi dan dapat
dituliskan sebagai berikut :
HT
= H0+ HL+ HA
dengan
HT adalah medan magnetik total bumi,
H0
adalah medan magnetik utama bumi,
HL
adalah medan magnetik luar bumi,
HA
adalah medan anomali magnetik.
Metode magnetik merupakan metode
geofisika yang bekerja berdasarkan sifat-sifat magnetik batuan yang terdapat di
bawah permukaan bumi. Metode magnetik ini mengukur nilai anomali medan
magnet pada suatu area. Nilai anomali medan magnet yang diperoleh
kemudian dipetakan dalam kontur anomali medan magnet. Analisis anomali medan
magnet digunakan untuk menginterpretasi suseptibilitas struktur geologi yang
menonjol pada daerah penelitian.
D.
Pengelolaan data
Data
hasil pengukuran di lapangan merupakan datamedan magnet total yang masih dipengaruhi
oleh IGRF dan medan magnet luar. Untuk mendapatkan anomali medan magnet, maka
pengaruh-pengaruh tersebut dihilangkan terlebih dahulu dengan melakukan koreksi
IGRF dan koreksi variasi harian. Koreksi variasi hariandilakukan dengan
menambahkan atau mengurangkan besar data variasi
harian. Jika variasi harian bernilai positif maka dilakukan operasi
pengurangan, dan jika bernilai negatif maka dilakukan operasi penjumlahan.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang diperoleh, dibuat
peta anomali medan magnet menggunakan programSurfer version 8 yang menunjukkan
hubungan antara posisi pengukuran dan nilai anomali medan magnet total. Pada
peta anomali tersebut nantinya terdapat pasangan kontur dan anomali medan
magnet yang terlihat masih dipengaruhi oleh pengaruh lokal.


Gambar
diagram metode magnetik

E.
Interpretasi Data
1. Interpretasi Kualitatif

Gambar
peta anomaly garis kontur
Interpretasi secara kualitatif
dilakukan dengan menganalisa kontur anomali medan magnet total hasil kontinuasi
ke atas dan kontur anomali medan magnet total yang sudah direduksi ke kutub.
Sayatan-sayatan pada peta anomali kontinuasi 150 meter ditunjukkan pada
gambar di atas. Secara kualitatif peta anomali pada gambar di atas menunjukan
penyebaran pasangan kontur. Penentuan pasangan ini didasarkan pada
kecenderungan arah grid masing-masing pasangan kontur pola tertutup dan terlihat mempunyai gradien
anomali yang lebih tajam dari daerah sekitarnya.Pasangan pola kontur tertutup
yang pertama yaitu sayatan A-B, pasangan pola kontur kedua yaitu sayatan
C-D, pasangan pola kontur ketiga yaitu sayatan E-F, dan pasangan
pola kontur keempat yaitu sayatan G-H.
2.
Interpretasi
Kuantitatif
Interpretasi kuantitatif dilakukan
dengan pemodelan benda anomali menggunakan metode 2D yang dibuat dalam suatu
paket program Geomodel . Pemodelan dilakukan pada anomali medan magnet
total yang telah dikontinuasi setinggi 150 m. Untuk melakukan interpretasi
secara kuantitatif, sebelumnya data anomali medan magnet kontinuasi ke atas
disayat terlebih dahulu. Sayatan A–B
Sayatan A-B (ditarik dari koordinat 786160 BT 9178130 LU (UTM) hingga
786670BT 9178350 LU (UTM). Sayatan ini menghasilkan profil geologi bawah
permukaan berupa batuan penyusun Papandayan yang disajikan pada gambar di
atas.Enam buah poligon sebagai hasil pemodelan sayatan A-B diperoleh
dengan menggunakan software Geomodel . Poligon I (warna biru)
mempunyai nilai suseptibilitas 1x 10-5 dalam sistem emu. Poligon II (warna
merah) mempunyai nilai suseptibilitas 0,0135 dalam sistem emu. Poligon III
(warna kuning) mempunyai nilai suseptibilitas 0,010 dalam sistem emu. Poligon
IV (warna cokelat) mempunyai nilai suseptibilitas 0,013 dalam sistem emu.
Poligon V (warna hijau) mempunyai nilai suseptibilitas 7 x 10-5 dalam sistem
emu. Dan poligon VI (warna abu-abu) mempunyai nilai suseptibilitas 8 x 10-5
dalam sistem emu.Hasil pemodelan sayatan A-B yaitu batuan penyusun
Papandayan berupa batuan yang berasal dari batuan tuff ,
batuan andesit, batuan porfiri, batuan intrusi (beku), dan batuan
sedimen. Batuan tuff sebagai lapisan paling atas dengan Rian Arifan Kahfi
danTony Yulianto Identifikasi Struktur Lapisan Bawah. 132suseptibilitas 1
x 10-5dalam sistem emu. Batuan andesit mulai pada kedalaman 15 m dengan
suseptibilitas 0,0135 dalam sistem emu. Batuan porfiri mulai pada kedalaman 68
m dengan nilai suseptibilitas 0,010 dalam sistem emu, batuan intrusi (beku)
mulai pada kedalaman 66 m dengan nilai suseptibilitas 0,013 dalam sistem emu,
batuan sedimen mulai pada kedalaman 79 m dengan nilai suseptibilitas 7x
10-5dalam sistem emu, dan batuan sedimen mulai pada kedalaman 241 m dengan
nilai suseptibilitas 8 x 10-5dalam sistem
emu.Prospek emas diperkirakan terdapat pada poligon III (warna kuning)
yang diinterpretasikan sebagai zona ubahan silisifikasi. Poligon III dari model
2D pada gambar 8terletak di antara anomali
rendah dan anomali tinggi. Volume batuan porfiri yaitu ± 5579,95 m3.2. Sayatan
C–D, Sayatan C-D ditarik dari koordinat 785730 BT 9178050 LU (UTM) hingga
785980 BT 9178340 LU (UTM). Sayatan ini menghasilkan profil geologi bawah
permukaan berupa struktur geologi bawah permukaan di Papandayan.
Enam buah poligon sebagai hasil pemodelan sayatan C-D diperoleh dengan
menggunakan software Geomodel . Poligon I (warna biru) mempunyai nilai
suseptibilitas 1 x 10-5 dalam sistem emu. Poligon II (warna merah) mempunyai
nilai suseptibilitas 0,0135 dalam sistem emu. Poligon III (warna kuning)
mempunyai nilai suseptibilitas 0,010 dalam sistem emu. Poligon IV (warna cokelat)
mempunyai nilai suseptibilitas 0,013 dalam sistem emu. Poligon V (warna hijau)
mempunyai nilai suseptibilitas 7 x 10-5dalam sistem emu. Dan poligon VI (warna
abu-abu) mempunyai nilai suseptibilitas 8 x 10-5 dalam sistem emu.Hasil
pemodelan sayatan C-D yaitu batuan penyusun Papandayan berupa
batuan yang berasal dari batuan tuff , batuan andesit, batuan
porfiri, batuan intrusi (beku), batuan sedimen, dan batuan sedimen. Batuan tuff
sebagai lapisan paling atas dengan suseptibilitas 1 x 10-5 dalam sistem emu.
Batuan andesit mulai pada kedalaman 15 m dengan suseptibilitas 0,0135 dalam
sistem emu. Batuan porfiri mulai pada kedalaman 63 m dengan nilai
suseptibilitas 0,010 dalam sistem emu, batuan intrusi (beku) mulai pada
kedalaman 66 m dengan nilai suseptibilitas 0,013 dalam sistem emu, batuan
sedimen mulai pada kedalaman 80 m dengan nilai suseptibilitas 7 x 10-5 dalam
sistem emu, dan batuan sedimen mulai pada kedalaman 283m dengan nilai suseptibilitas 8 x 10-5 dalam sistem
emu.Prospek emas diperkirakan terdapat pada poligon III (warna kuning)
yang diinterpretasikan sebagai zona ubahan silisifikasi. Poligon III dari model
2D pada gambar 8terletak di antara anomali rendahdan anomali tinggi. Volume
batuan porfiri yaitu ± 1188,9 m3.3. Sayatan E–FSayatan E-F (Gambar 7) ditarik
dari koordinat 786010 BT 9177770 LU (UTM) hingga 786240 BT 9178040 LU (UTM).
Sayatan ini menghasilkan profil geologi bawah permukaan berupa struktur geologi
bawah permukaan di Papandayan. Enam buah poligon sebagai hasil pemodelan
sayatan E-F diperoleh dengan menggunakan software Geomodel . Poligon
I (warna biru) mempunyai nilai suseptibilitas 1x10-5dalam sistem emu. Poligon
II (warna merah) mempunyai nilai suseptibilitas 0,0135 dalam sistem emu.
Poligon III (warna kuning) mempunyai nilai suseptibilitas 0,010 dalam sistem
emu. Poligon IV (warna cokelat) mempunyai nilai suseptibilitas 0,013 dalam
sistem emu. Poligon V (warna hijau) mempunyai nilai suseptibilitas 7 x 10-5
dalam sistem emu. Dan poligon VI
(warna abu-abu) mempunyai nilai suseptibilitas 8 x 10-5
dalam sistem emu.Hasil pemodelan
sayatan E-F yaitu batuan penyusun Papandayan berupa batuan yang
berasal dari batuan tuff , batuan andesit, batuan porfiri, batuan
intrusi (beku), batuan sedimen.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di daerah papandayan,garut jawa barat dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Struktur
geologi bawah permukaan di Papandayan yaitu batuan
tuff dengan nilai suseptibilitas 1 x 10-dalam sistem emu, batuan andesit
dengan nilai suseptibilitas 0,0135 dalam sistem emu, batuan porfiri
dengan nilai suseptibilitas 0,010 dalam sistem emu, batuan intrusi (beku)
dengan nilai suseptibilitas 0,013 dalam sistem emu, batuan sedimen dengan nilai
suseptibilitas 7 x 10-5dalam sistem emu, dan batuan sedimen dengan nilai
suseptibilitas 8 x 10-5dalam sistem emu.
2. Batuan
porfiri merupakan prospek emas yang diinterpretasikan sebagai zona
ubahan silisifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
(di akses pada tanggal
26 Desember pukul 11:00 WITA)
(di akses pada tanggal
26 desember pukul 10:30 WITA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar